25/10/12

Habis Gelap Terbitlah Terang


Adalah wajar jika manusia berbuat salah. Tapi itu bukan berarti bahwa setiap kesalahan bisa dibenarkan. Kejadian itu hingga saat ini selalu hadir dalam fikiranku, tepatnya ketika aku masih belajar dipesantren. Dari sekian banyak santri yang ada dipesantren ini aku termasuk salah satu santri yang menjadi bahan omongan didepan santri-santri yang lain. Orang lain semakin mengenalku bukan karena kepintaranku atau kebaikanku tapi, karena aku suka berkelahi dengan teman-teman sekelasku sehingga pak kyai menyebutku sebagi ’’ sang petinju jagoan’’. Mungkin karena saat itu karena aku terpengaruh dengan teman-temanku yang suka berkelahi hingga terkadang aku kurang bisa mengontrol emosiku jika ada orang lain yang menghinaku atau menyakitiku. Namun seiring berjalannya sang waktu aku semakin sadar bahwa apa yang telah aku lakukan selama ini adalah tindakan yang keliru dan bodoh. Untuk menjadi orang hebat dan terkenal bukanlah dilihat dari postur badannya yang besar dan kuat tapi dikatakan orang hebat ialah ketika ia disakiti mau memafkan kesalahan orang lain. Hal lain yang menambah harapanku untuk bisa lebih baik dan menjadi orang hebat yang
berguna dan bisa membanggakan kedua orang tuaku serta orang lain adalah ketika pak kyaiku menceritakan salah satu santrinya yang sekarang menjadi imam besar di Qatar, beliau menuturkan bahwa alumni tersebut dulu sewaktu di pesantren sifatnya tak jauh beda denganku. Saat itu juga pak kyai berharap dan berdo’a untuk kebaikanku agar kelak aku juga bisa menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Tanpa komando semua santri serta pengurus yang hadir meng-amiininya, salah satu pesannya yang selalu kuingat ialah “all beginners are difficult”, bahwa untuk memulai segala seusatu menuju kebaikan itu butuh proses yang panjang. Harus bisa melewati lka-liku kehidupan dengan penuh kesabaran dan keihlasan. Semenjak itu tiba-tiba ada sesuatu yang menggerakan hatiku untuk menceritakan keinginannku kepada ibuku yaitu belajar keluar negeri. Melihat keadaan keluargaku yang ekonominya pas-pasan menyurtkan niatku untuk menyampaikan cita-citaku kepada ibuku. Namun aku yakin, selagi di hati masih menyimpan sebuah harapan, maka kehidupan akan dapat berjalan menuju kepada kecemerlangan pada masa depan. Walaupun kehidupan keluargaku sekarang pas-pasan lantaran ayahku terkena penyakit dan membutuhkan biaya pengobatan yang cukup banyak namun aku tidak akan pernah putus asa, karena aku masih punya HARAPAN yang indah untuk aku raih. Di senja nan merah tepatnya hari jumat, aku tidak mampu lagi untuk membendung keingiinanku untuk bisa kuliah ke luar negeri. Akupun memberanikan diri menyampaikan hasratku kepada orang tuaku, Alhamdulillah ibu dan bapak merespon positive niat baikku, orangtuaku berharap aku mau mencari ilmu sebanyak-banyaknya dimanapun dan kapan pun meskipun dihadapkan dengan keadaan yang tidak memungkinkan, Keadaan terpuruk bukanlah buruk, bila dihadapi dengan tenang dan bijak serta berjuang terus pantang mundur, dan diiringi doa yang tulus dan ikhlas! Waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa aku sudah kelas ahir di Madrasah aliyah, teman-temanku semua pada bingung menghadapi ujian akhir serta tes PTN, sementara aku hanya bisa bersabar sambil mencari informasi beasiswa keluar negeri. Ahirnya dua bulan sebelum ujian akhir tepatnya hari rabu pamanku tiba-tiba menawariku beasiswa ke Maroko, meski aku sendiri belum tahu betul tentang Maroko tapi tanpa fikir panjang aku pun langsung menerima kesempatan emas itu, bagiku kuliah di negara mana saja itu sama yang terpenting adalah niat dan tujuannya. Pamanku berpesan agar mulai saat itu aku ahrus mempersiapkan diri untuk menghadapi tes serta beberapa persyaratan-persyaratan lainnya dan jangan lupa yang terpenting adalah berdoa memohon kepada dzat yang maha pengasih dan penyayang. Yah,,memang benar apa yang disampaikan oleh pamanku, orangtuaku, kyiaku dan semua guru-guruku bahwa untuk mendapatkan apa yang kita inginkan kita harus selalu berdoa dan memohon kepadaNya. Tentunya doa yang diringi dengan usaha keras karena doa tanpa usaha adalah bohong dan usaha tanpa doa adalah sombong. Tanpa terasa, ujian ahir sekolah telah berlalu selama 4 hari. Dengan penuh rasa cemas ahirnya pengumuan hasil ujian yang aku nantikan selama sebulan sangat memuaskan. Tepatnya tanggal 16-19 juli 2012 pendaftaran beasiswa ke Maroko dibuka. Akupun langsung mengirimkan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Saat itu aku masih bisa tersenyum lebar karena pada tanggal 27 juli 2012 aku lolos seleksi calon penerima beasiswa s1 Kerajaan Maroko. Setelah itu dari pihak DEPAG memberiku waktu seminggu untuk melengkapi semua persyaratan yang telah ditentukan. Hari pertama kulakukan untuk mengurus surat kesehatan, serta photo dan semua berjalan lancar tak ada kendala. Hari kedua aku mengurus passport dan surat pengantar untuk membuat SKCK di Polsek, stelah dari Polsek aku langsung ke Polres yang jaraknya hampir 60 KM, sesampai di Polsek ternyata pengurusan untuk skck sudah tutup terpaksa harus menunggu esok harinya. Hanya untuk mengurus SKCK aku harus pontang-panting setiap hari, birokrasinya yang sulit membuatku hampir putus asa karena saat itu kondisiku yang lemah karena menahan dahaga dan lapar dibulan puasa. Esok harinya lagi aku baru bisa mendapatkan SKCK dan pasport mendengar berita itu ibuku pun bangga karena sebentar lagi anaknya akan menjemput impiannya, namun dari raut wajahnya tersimpan rasa sedih terhadapaku karena beliau tidak bisa memberi uang buat tiket pesawat, uang saku dan tak bisa memberikan kiriman kepadaku karena telah tertimpa musibah, aku pun hanya bisa menundukan kepala dan tak bisa berbuat apa- apa, apalagi memaksa ibu untuk mengeluarkan biaya yang cukup besar. Lagi-lagi aku teringat dengan sebuah kata ’’Harapan’’, kata indah yang selalu memberikan motivasi dalam setiap langkahku. Dengan sepenuhnya menyerahkan harapanku kepadaNya, Tuhan memberikan jawaban teka-teki kehidupan yang sedang kualami lewat pamanku. Esok harinya tiba-tiba nenekku memanggilku, beliau mengajaku ke ruang tamu dan bilang bahwa pamanku akan menanggung semua biayaku karena orangtuaku belum bisa membiayaiku saat ini, dan aku pun sangat bahagia mendengar berita tersebut dan sujud syukurpun ikut menghiasi kebahagiaanku. Dari situ aku semakin yakin bahwa habis gelap pasti terbitlah terang. hanya oleh siempunya kebenaran, tapi juga oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Kebenaran akan berubah menjadi embun penyejuk yang akan menetesbasahi setiapa diri yang kerontang dalam keringnya jiwa.

1 komentar: