“Ya Allah, Aku titipkan kepadaMU kedua
orangtuaku dan familiku yang berada di jauh sana. Jaga mereka. Cintai dan
sayangi mereka. Jauhkan mereka dari segala marabahaya. Hanya kepadaMU Aku
meminta dan menitipkan mereka semua.” (wardatun hamra)
Memang tak pernah terlintas
dalam benakku, untuk dapat berada di sini. Ya di Negri 1000 benteng ini.
Mimpiku memang aku ingin menggali ilmu di luar negri. Bukan karena gengsi atau
apalah. Namun ketahuilah, kebanyakan ilmu-ilmu islami itu berada di Luar Negri.
Satu yang sudah menjadi impianku adalah Mesir. Entah mengapa aku amat sangat
ingin menjadi salah satu pelajar indonesia yang berada di sana guna menggali
ilmu bersama pelajar-pelajar indonesia lainnya. Aku tahu bukan hal yang mudah untukku bisa berada di sana. namun, karena tekad dan
keinginanku segala daya dan upaya akan aku lalukan. Demi mendapatkan apa yang aku
inginkan.
Sebenarnya bukan hanya tekad dan keinginanku yang sangat
mendukungku, namun keinginan dari kedua orangtuaku lah yang lebih mendukungku.
Dan lebih bahkan amat sangat mendorong dan memotivasiku untuk terus mengejar
mimpiku itu. Aku selalu terngiang dengan syarat2 untuk bisa mendapatkan
beasiswa di Mesir. Ya tepatnya di Universitas Al Azhar Kairo.
Universitas tertua islam yang kedua. Sempat terbayang olehku bagaimana
nikmatnya menggali ilmu di Mesir sana. Belajar di Negara orang. Namun, skenario
hidupku yang Allah buatkan jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Hafalan 2 juz.
Bahasa arab lancar. Nahwu dan shorof. Insya’.
Itu yang selalu terngiang. Bagaimana ini ? Aku bingung dengan
bahasa arab yang harus Aku kuasai. Aku bingung bukan main. Mungkin jika yang
menjadi syarat hanya hafalan al qur’an 2 juz, mungkin itu tidak akan terlalu
membingungkanku. Bukannya Aku menyombongkan diri. Jjujur saja. Aku lulusan dari
sebuah pondok pesantren di Jogjakarta. Tepatnya di daerah Kotagede. Pondokku
berbasis Qur’an dan Kitab, bukan pondok bahasa. Sejujurnya nilai bahasa arabku
tidak bagus. Karena memang Aku kurang menyukai pelajaran itu. Susah sekali
untukku megucapkan bahasa arab yang baik dan benar. Sungguh menjadi beban
bagiku ketika Aku mengingat syarat itu.
Namun dengan berjalannya waktu, Allah memang berbaik kepadaku.
Allah memang sangat baik dan paling baik hingga membuatku mampu untuk berbahasa
arab. Walau hanya sedikit dan masih acak adut. But no problem. Kalau kata
syair2 “Sedkit demi sedikit lama2 menjadi bukit..”. Aku jalani saja yang ada.
Aku terus berlatih. Dan selalu berharap Allah berbaik hati kepadaku (lagi)
dengan melancarkan bahasa arabku.
Singkat cerita, ketika Aku telah menyelesaikan studi tingkat SMA,
kedua orang tuaku menyuruhku segera pulang. Karena memang sudah tidak ada kbm
(kegiatan belajar mengajar) di sekolahku itu. Karena memang kami sudah
dinyatakan lulus. Namun masih menunggu ijazah keluar. Pada tanggal 28 mei, Aku resmi menjadi alumni di pondok tercintaku. Tempat
di mana selama 6 tahun Aku gali segala sesuatu yang ada di dalamnya. Dari Bu
Nyai dan Pak Yai tercintaku, Aku mendaapatkan banyak sekali ilmu dan halhal
baru, bahkan tak terhitung berapa banyak yang aku dapat di sini. Aku pulang
memenuhi panggilan Abi dan Umiku.
Sesampainya di rumah, Umiku mengajakku bicara empat mata. Awalnya Aku terkejut. Tumben sekali ini, ada apa ini ? Aku masih terus saja
bingung. Ketika Kami sudah berada di kamarku, Umi ku mulai berkata “Nak,
sudahkan bulat tekadmu untuk belajar di Negri orang di jauh sana Nak ?” dengan
cepat dan tegas Aku menjawab “Atuh iya Umiku, ini mimpiku Mi. Mimpi sejak
dahulu yang tak mau Aku sia-siakan jika ada kesempatan. Memangnya ada apa
Umi?”. Aku mulai penasaran. Aku takut Umiku bahkan Abiku tak memberiku izin
untuk mengikuti tes tersebut, karena akhir-akhir itu Aku sering sakit-sakitan.
Mendengar jawaban seperti itu Umiku berkata “Siapkan baju untuk beberapa hari,
alat tulis, perlengkapan sholat dan perlengkapan mandi. bawa quran dan kitab
juga kamus-kamusmu, Nak. Segera. Umi tunggu sampai maghrib nanti.”. Ha ? Aku
bingung sekali. Ada apa ini ? Dalam kebingunganku Aku bertanya-tanya “aku baru
saja sampai di sini, mengapa aku sudah ingin di usir lagi dari sini?”. Bingung.
Bingung. Dan bingung. Namun karena itu sudah suruhan dari Umiku. jadi serta
merta Aku melaksanakannya. Aku tak mausedikitpun membuat kecewa Umiku. Aku tak
mau surgaku merasa tak senang denganku. Apalagi kecewa. Aku amat sangat tak mau.
Ketika masuk waktu maghrib, Umiku meminta supirku untuk memanaskan
mobil. Aku mendengarnya. Astaghfirullohal’adzim. Mau di buang kemana lagi ini
Aku ? tanyaku dalam hati. Lalu Aku sholat maghrib seraya berdoa kepada Allah
agar diberi yang terbaik. Setelah Aku sholat, Aku merasa ada yang memanggil
namaku. Suaranya tak asing. Bahkan amat sangat nyaman ketika Aku mendengarnya.
Itu suara Abiku. Ya suara Pangeran di rumahku. Lalu mendengar Abiku memanggil,
Aku segera berlari untuk menemui Beliau. karena memang Aku belum bertemu dengan
Beliau. Aku cium punggung tangannya, Aku peluk dan Aku bisikkan kepada beliau
bahwa Aku merindukan Beliau. Rasanya itu hal yang indah sekali. Lalu Abiku
bekata disela-sela kebahagiaanku itu “Dek, sudah siap ? ayo brgkt sekarang.
Keburu malam, Abi takut macet”. Seketika Aku mengambil tas dan turun mengikuti
Beliau menuju lantai satu.
Tak lama Umi dan adik-adik kecilku pun ikut menyusul ke lantai
satu. Abi keluar rumah diikuti oleh kami semua. Aku masih terus bertanya-tanya,
“ini mau kemana ya ?”. Namun, Aku tak berani bertanya kepada Abi ataupun Umiku.
Sudahlah ikuti saja, insyaAllah ini baik kok. Batinku. Setelah berada di mobil,
Abiku baru menjelaskan ke mana arah tujuan kami malam ini. Namun sebelumnya Beliau
mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. “Nak, selamat ulang tahun ya Nak. Semoga di umurmu yang semakin bertambah Allah senantiasa meridloi semua
langkahmu Nak. Terus berusaha kejar citacitamu. Jangan malu dan jangan minder
dengan yang lain. Tunjukan bahwa Wardah anak Abi juga bisa.” Aku
terkaget-kaget, karena memang Aku lupa bahwa hari itu adalah hari ulang tahunku
yang ke 18. Subhanallohh. Seketika Aku menagis, karena memang sudah lama sekali
Aku tak mendengar ucapan seperti itu langsung dari mulut Abiku. Lalu abiku
melanjutkan kata-katanya “Abi dan Umi tidak dapat memberi wardah apa di hari
kelahiran wardah ini, tapi Abi dan Umi hanya ingin membawa wardah ke suatu
tempat yang di sana Wardah akan menemukan banyak teman dan ilmu baru. Pastinya ini amat
sangat penting untuk Wardah dan untuk mewujudkan cita-cita Wardah ke Mesir
sana.” Subhanalloh, ya Allah kejutan apalagi ini ? Aku tak menyangka
sebelumnya. Ternyata Abi dan Umiku membawaku ke rumah adik kelas Umiku dulu di
Darunnajah JakSel yang ternyata juga sudah menyelesaikan studinya di
Universitas Al Azhar Kairo. Namanya kak Wirdah. Tak jauh beda bukan dengan
namaku ? hanya beda huruf vokalnya saja. Sesampainya Kami di rumah Beliau,
ternyata Beliau sedang belajar bersama anakanak dari PonPes Darunnajah yang
ingin mengikuti tes masuk Universitas Al Azhar Kairo tahun ini. Ya Allah, ini
adalah kado terindah dari Abi dan Umiku. Aku sungguh bahagia mendapatkan kado
ini.
Setelah selesai mengantarku, tak lama Abi dan Umiku pamit pulang
karena sudah malam. Aku dpat satu pesan dari Abiku yang masih terngiang di
benakku sampai saat ini “Nak, bukanlah yang terpintar yang pasti akan dapat
namun yang mampu dan mau untuk berusaha itulah yang akan mendapatkannya.
semangat Nak. Tak usah minder dan malu. Kau punya Allah, Qur’an dan kitabmu.
Bahasa bisa dipelajari. Gunakan yang ada. Allah selalu bersamamu Nak.”. Aku
langsung memeluk Beliau, karena kata-kata Beliau yang selalu menggugahku.
Singkatnya, setelah 2 minggu aku berada di sana, akan diadakan
ujian dari kak Wirdah. ingin sekali rasanya aku mengikuti ujian itu, namun
sayang Allah berkehendak lain. Aku jatuh sakit sehari sebelum ujian iu
dilaksanakan. Dengan berat hati aku tak mengikutinya. Namun tak apa, ini sudah
rencana Allah. Dan tencana Allah amat sangatlah indah jika kita menjalaninya
dengan baik dan sabar juga ikhlas.
Beberapa hari sebelum tes masuk dilaksanakan, Aku mendapat kabar
dari alumni Al Azhar, bahwasannya tes diundur karena ada beberapa hal. Yang
awalnya tanggal 29 juni 2013 kini diundur sampai tanggal 15 juli 2013. Ya
sudahlah, mau bagaimana lagi ? ikuti saja alur yang ada. Sesungguhnya Aku
bersyukur dengan diundurnya waktu tes itu. Karena Aku bisa belajar lagi. Dalam
jangka waktu yang lumayan lama, Umiku mengajakku untuk belajar kepada Beliau. Ya
untuk mengisi kekosongan itu. Akhirnya setiap pagi dan maghrib Aku menyetorkan
hafalan qur’anku kepada Beliau. Aku mulai dari juz 1 lagi.
Tak terasa Aku sudah sampai pada tanggal 9 juli 2013. Dua hari lagi
Aku akan mengikuti tes masuk Universitas Al Azhar Kairo. Aku cek semua
perlengkapan yang harus Aku bawa saat tes besok. Aku sampai lupa di mana Aku
meletakkan kartu ujianku. Astaghfirullah. Di mana Aku meletakkannya. Oh
alhamdulillah ternyata Aku baru ingat dan sadar bahwa kartu tersebut Aku
titipkan kepada Umiku. Karena Aku orang yang teledor jadi lebih baik Umiku yang
menyimpannya. Ketika jam 5 sore, sepulangku dari Bekasi. Aku mendapat sms dari
alumni Al Azhar yang sekarang sedang berada di Jakarta. Isi pesannya sungguh
membuatku terkagetkaget bahkan sampai Aku menangis dan entah apa yang Aku rasa.
Rasanya saat itu, detik itu ketika Aku membaca pesan tersebut duniaku hitam.
Kelam. Entah apa yang harus Aku ucapkan. Rasanya semua bayangan tentang Mesir
berterbangan di atas kepalaku. Astgahfirulloh. Aku tersadar dari kebingunganku
dan kekagetanku. Segara handphoneku aku berikan kepada abiku yang kebetulan
saat itu sedang berada dalam satu mobil denganku. Abiku jauh lebih kaget dan
langsung menelpon ke salah satu adik kelas Beliau yang berada di Depag. Abi segera
menelpon dan meminta penjelasan. Apa kalian tahu apa isi pesan tersebut ?
isinya adalah pemberitahuan tentang pembatalan seleksi masuk Universitas Al
Azhar tahun ini, yang dikarenakan kondisi Mesir yang sedang labil dan sedang
kacau. Ya Allah rasanya Aku mulai tak bisa menahan
air mata ini. Namun Umiku terus menegarkanku. “Sudah Nak, Allah punya rencana
lebih baik dari ini Nak.” Mendengar kata-kata Umiku , Aku berusaha tegar dan sabar.
Al Azhar. Piramid. Spinx. Kairo. Semua terbang begitu saja. Entah bagaimana
dengan studi ku di jenjang selanjutnya. Entah. Namun Allah lagi-lagi memberikan
skenario yang indah kepadaku. aku mengikuti tes yang masuk Universitas di
Indonesia. Sebut saja SBMPTN. Aku mengkuti tes itu di
Jogja, dan Aku memlilih Universitas Islam di Jogjakarta. Yakni Universitas
Islam Negri Sunan Kalijaga (UIN SUKA). Sebenarnya Aku itu hanya iseng saja
mengikuti tes itu. Namun subhanalloh sekali Aku lolos dan Aku diterima di UIN
SUKA melalui tes tersebut. Ya Aku dapat di jurusan yang memang diinginkan oleh
Abi dan Umiku. Tafsir hadist. Sungguh luar biasa. Aku langsung seketika mengurus
administrasi itu. Alhamdulillah setelah 2 hari Aku berada di UIN SUKA, Aku
setengah resmi menjadi mahasiswi di sana. Aku sudah mendapatkan almamater dan
KTM. Kartu tanda mahasiswa UIN SUKA.'
Ketika Aku berada di Jakarta (setelah mengurus UIN), sepupuku yang
dulu mengenyam pendidikan di salah satu Universitas di Kairo (‘Ain Asy Syam)
memberitahuku bahwa ada beasiswa ke Maroko. Awalnya Aku menolak karena memang
Aku tak pernah ada bayangan untuk bisa mengenyam pendidikan di sana. Yang Aku
ingin itu Mesir bukan Maroko. Namun, setelah mendengar Abiku berkata “Di
manapun Nak tempatmu belajar, di manapun itu bukan jadi masalah. Yang jadi
masalah itu ketika Kau tak mau belajar. Sudah, ikut saja seleksi itu. Lagipula
ini sudah mepet Nak. Ini sudah tanggal 12 juli. Besok di tutup pendaftarannya.
Kesempatan hanya datang sekali Nak.” Ya sudahlah. Aku ikuti saja apa yang Abiku
katakan. Aku akan selalu mengikuti kata-kata Beliau, karena Aku yakin ini yang
terbaik untukku dan tak ada orangtua yang ingin menyesatkan anaknya. Malam itu
pukul 23.00 aku mengirim email kepada guruku di Jogja. Kebetuan Beliau memang
belum tidur. Aku meminta Beliau untuk mengirimkan ijazah (SKHUN) dan raportku
via email. Alhamdulillah pukul 01.00 wib, Aku sudah mendapatkannya. Malam itu
juga aku menyelesaikan membuat CV (curiculum vitae)ku. Karena itu juga salah
satu syaratnya. Dan tak lupa pula dengan hasil TOAFLku. Alhamdulillah Aku sudah
memilikinya. Teringatku ketika aku mengikuti tes TOAFL di pusat bahasa UIN
SYAHID Jakarta. Itu pengalaman yang tak terlupakan. Hanya bisa bersyukur dan
berterimakasih kepada Allah. Hari itu, di pusat bahasa Aku mengikuti tes TOAFL.
Pukul 13..00 wib Aku siap memasuki ruangan. Aku tunjukan kepada petugas yang
menjaga di depan pintu ruangan itu. Setelah itu aku memposisikan diri di kursi
bagianku. Kursi nomor 29. Sama seperti tanggal lahirku. Dengan optimis aku
duduk dan memasukkan segala hal yang berada di tanganku ke dalam tas. Ku
keluarkan bolpoin. Ketika soal dan lembar jawaban telah diberikan. Tiba-tiba
mataku terasa berat untukku membukanya. Rasanya mata ini sungguh tak kuasa
untuk melek. Akhirya tanpa aku sadari aku tertidur. Pulas
sangat pulas sampaisampai aku bermimpi dalam tidurku. Mungkin sudah sekitar
satu setengah jam Aku tertidur. Sungguh di luar dugaan. Aku tertinggal.
Aku segera memaksa mataku agar ia terbuka lebar. Aku paksa dan akhirnya Aku
berhasil mengajak mataku untuk berkompromi. Kaget bukan main. Aku sudah
tertinggal jauh. Bagian pertama aku sama sekali tidak mendengar soal yang
dibacakan. Akhirnya dengan terpaksa dan ragu-ragu Aku isi lembar jawabanku itu.
Bismillaah. Allahummashalli ‘ala sayyidina Muhammmad wa ‘ala aalih. Setiap
nomor yang Aku kerjakan Aku bacakan shalawat. Berharap ada keajaiban. Setelah
waktu selesai dan proses penggarapan asalku juga selesai, Aku segera menuju
masjid fathullah untuk mendirikan sholat ashar. Ya Allah berilah yang terbaik
untukku. Seminggu kemudian hasil tes bisa di ambil. Subhanallah walhamdulillah.
Terimakasih Allah. Terimakasih. Hasil TOAFL ku melebihi batas yang aku
harapkan. Alhamdulillah. Aku segera bercerita kepada Abi dan Umiku. Abiku tak
mau Aku mendapatkan skor yang segitu namun tak terbukti. Akhirnya Aku disuruh
oleh Beliau untuk mengerjakan soal dari Beliau. Ya memang tampak mudah namun
Allahu Akbar itu sulit. Bismillah semoga bisa Aku selesikan. Setelah 3 jam Aku
kerjakan, jawaban Abiku hanya “no comment.” Hanya itu. Ya sudah. Aku tak banyak
ambil pikiran. Aku terus kerjakan apa yang bisa Aku kerjakan setelah itu. Ini
hanya bagian kecil dari TOAFLku.
Keesokan
paginya Aku tertidur dan baru terbangun saat dzuhur. Aku langsung kebingungan
karena Aku belum mengirim berkas-berkasku itu. Aku nyalakan laptopku, namun sayang
pulsa di modemku habis. Aku berencana memakai modem milik Abiku, namun Aku
tidak berani karena memang itu bukan hakku. Akhirnya Aku pergi ke rumah
sepupuku itu dan minta di kirimkan via email Beliau. Alhamdulillah pada pukul
21.00 wib semua berkas sebagai sarat sudah terkirim. Awalnya Aku merasa pesimis
akan lolosnya Aku pada seleksi ini. Karena apa ? karena kuota yang sangat
minim. Ya hanya ada 15 CaMaBa (calon mahasiswa baru) untuk Kerajaan Maroko,
yang hanya terdapat 10 orang untuk program S1. Namun semuaku pasrahkan kepada
Allah.
Pada tanggal 22 juli 2013, adalah pagi yang indah bagiku. Saat
sahur itu adalah saat indah yang amat sangat dan sungguh indah bagiku. Abiku
mengumpulkan semua orang yang berada di rumah. Aku awalnya tidak tahu kenapa
Abi mengumpulkan semua yang berada di rumah. Semuanya. Tak terkecualai. Lalu
Abi mulai percakapan pagi itu. “Allah itu memang Maha Adil. Jika kita berusaha
pasti akan ada jalan. Tadi malam sebelum Abi tidur, Abi dapat kabar dari Depag.
Alhamdulillah Mbak Wardah lulus seleksi masuk Universitas di Kerajaan Maroko.
Alhamdulillah.” Hah ? Subhanalloh walhamdulillah, tak kuasa Aku membendung air
mataku ini. Sertamerta Aku menangis seraya bersujud. Ya Aku lakukan sujud sukur
di hadapan semua orang pagi itu. Entah rasanya Aku bahagia bukan kepalang.
Subhanalloh. Terimakasih ya Allah. Terimakasih. Sungguh indah skenarioMU Tuhan,
sungguh. Akhirnya cita-citaku untuk bisa melanjutkan studi ke Luar Negri
tercapai. Alhamdulillah. Umiku sampai menagis terharu mendengar kabar itu. Aku.
Adikku dan semuanya pun tak kuasa menahan bendungan air mata. Sungguh semua
kerja kerasku terbayar dan tergantikan oleh kabar gembira ini.
Tak mau Aku sia-siakan waktu, akhirnya Aku hari itu juga mengurus
semuanya. Mulai SKCK, surat keterangan sehat dan paspor. Mulai pagi itu Aku
urus semuanya. Alhamdulillah pada 3 hari kemudian SKCK dan surat keterangan
sehatku sudah jadi. Namun yang masih jadi masalah adalah pasporku yang masih
belum jadi.padahal tanggal 30 juli semua harus sudah Aku serahkan ke Kemenag.
Bismillah insyaAllah ada jalan. Tak lama kemudian pada tanggal 29 juli pasporku
jadi. Horee. Alhamdulillah. Sekarang saatnya Aku mengisi formulir AMCI. Nah,
Aku mulai bingung lagi. Di mana dan apa. Di mana kota yang harus Aku
pilih ? Jurusan apa ? Sebenarnya cita-citaku itu menjadi akuntan, namun karena
kedua orangtuaku tak mengizinkan dan tak merestui cita-citaku itu, akhirnya Aku
memilih tafsir hadist. Tapi untuk masalah penjurusan ini, tidak Aku pilih
sendiri. Aku bertanya kepada Abi dan Umiku. Dan jawaban Beliau adalah sastra
arab atau dirosat. Nah akhirnya Aku memilih dirosat karena menurut abiku bagian
sastra biar dipegang oleh Adikku besok. Ya sudah Aku pilih saja itu. Untuk kota
mana yang Aku pilih, seingatku, Aku memilih Rabat, Kenitra dan Fes.
17 september
2013 temanku yang juga camaba Kerajaan Maroko menelponku. Ia memberi kabar
tentang keberangkatan Kami ke Maroko. Sungguh seketika Aku menangis. Mengapa ?
karena waktu yang sangat singkat dan persiapanku yang baru 75%. Ya Allah,
banyak-banyak Aku istighfar semoga Aku dipermudah. Begitupula teman-temanku
camaba Kerajaan Maroko. Tanggal 20 September Aku harus sudah meninggalkan Indonesiaku
tercinta. Dan meninggalkan semua yang Aku sayang dan menyayangiku. Itu kabar
pertama. Di saat genting seperti itu, Kakakku yang baru datang dari
perantauannya, Mesir, berkata kepadaku “Dek, ambil semua hikmah dari ini Dek.
Tanggal yang diajukan, persiapan yang kurang dan semuanya. Ambil saja
hikmahnya. Jangan banyak mengeluh. Allah itu sayang sama Dedek. Ayo Dek,
belajar mengambil hikmah di balik ini semua. InsyaAllah sukses Dek.”. kata-kata
itu sungguh menenangkanku. Namun beberapa hari kemudian, temanku itu kembali
menelponku. Ia berkata keberangkatan di undur menjadi tanggal 22 september
seperti awal yang kami ketahui. Senang bukan main Aku mendengar kabar itu.
Namun sedikit kecewa karena Aku sudah cepat-cepat membereskan barangbarang yang
harus ku bawa ke Maroko dan hasilnya amat sangat hancur. But it’s oke.
Singkatnya pada hari Minggu, 22 september 2013, pukul 11.00 wib,
Aku siap berangkat menuju Bandara Internasional SoekarnoHatta. Bismillah. Ini
langkah pertama ku tinggalkan rumahku. Surgaku. Ku cium pintu ruang kerja Abiku
di rumahku. Kebetulan rumahku berbentuk ka’bah. Dan kucium pintu ka’bah itu
yang juga merupakan pintu ruang kerja Abiku. Ku baca doa keluar rumah. Aku
pamitan kepada tetangga sebelah dan depan rumah. Ku cium punggung tangan Beliau
semua. Seraya memintakan doa untukku juga studiku. Bismillaah. Aku meninggalkan
rumahku. Di tengah jalan gang yang kecil, teman-teman santri Pondok Pesantren
Ummul Qura baik putra maupun putri berdiri di depan gerbang masuk. Terharu dan
sedih sekali ketika Aku mengingat itu. Satu persatu Aku salami mereka. Aku
mintakan doa dan restu mereka. Sesampainya di depan gang, Aku memasuki mobil.
Dan ini kali pertamanya Aku duduk di kursi samping sopir yang biasanya hanya
Abiku yang menggunakan kursi itu. Naun hari itu, Abiku menyerahkan kursi itu
untukku. Sungguh rasanya luar biasa istimewanya Aku. Itu hanya perasaanku. Aku biarkan air mataku mengalir deras di pipi ini.
Tak ku seka sama sekali. Kembali teman-teman santri berlari ke depan gang dan
mengucapkan “ma’annajah Ukhtii..”. Sungguh tak kuasa ku menahan air mata ini.
Mobilku berjalan meninggalkan bibir gang rumahku. Selamat tinggal Pondok
Cabeku, Ummul Quraku dan selamat tinggal temanteman santri Ummul Quraku.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, akhirnya aku sampai
di Bandara Internasional SoekarnoHatta. Rasa sedih
mulai merasuk kembali. Aku berjalan masuk untuk mencari temanku di terminal 2D.
Sebelum Aku bertemu dengan temanku itu, Aku terkaget ketika memasuki terminal
2D. Suasana yang Aku temui adalah banjir peci dan kerudung. Awalnya Aku kira
ini rombongan jama’ah haji. Namun ternyata Aku salah, ini adalah rombongan
keluarga dan sanak saudara darisalah satu temanku yang juga akan melanjutkan
studi ke Kerajaan Maroko. Dan ada di satu sudut yang membuatku kaget ternyata
yang berada di pojok sudut itu adalah rombongan jamaah Abiku. Subhanalloh.
Mereka datang untuk melepasku pergi. Ya Allah. Indahnya perpisahanku ini.
SetelahKu salami semua yang Aku kenal, akhirnya Aku bertemu temanku itu. Ia
memakai baju gamis hijau duduk di depan AW bersama keluarga dan teman-temannya.
Aku yakin sekali itu Dia. Ternyata Aku tak salah. Akhirnya Kami berbincang. Tak
sadar waktu sudah menunjukan pukul 14.00 wib. Saatnya Aku dan camaba lainnya
berkumpul dengan Pak Bil Bachtiar.
Kami berkumpul di depan mesin atm Danamon. Di sana Kami diberi
petunjuk dan saling berkenalan. Walau akhirnya hanya temanku dan satu orang
perempuan (karena kita hanya bertiga yang perempuan) yang Aku kenal. Tapi itu
tidak masalah karena toh akhirnya Kamipun akan saling mengenal. Saat Kami
kumpul bersama Pak Bil Bachtiar, Beliau juga menjelaskan sebenarnya ada 10
camaba untuk jenjang S1 tetapi sayangnya salah satu dari 10 orang dari Kami
tidak jadi berangkat dikarenakan ada hal yang tidak dapat ia tinggalkan dan
Kamipun kurang tahu untuk alasan itu. Setelah kumpul tak lama Kami mengumpulkan
barang-barang yang akan dimasukkan ke bagasi. Setelah itu selesai, Kami sibuk
dengan keluarga Kami masing-masing.
Ketika jam menunjukkan pukul 16.00 wib Kami semua masuk ke dalam.
Dan di saat terakhir itu Aku sempatkan memeluk Abi dan Umiku juga Adik dan
Kakakku. Tak terlupakan Nenek terkuatku. Tersayang dan terhebatku. Setelah Aku
berpamitan kepada semua yang ada di sana. Aku masuk membawa troli ku sendiri. Selamat tinggal semua. Selamat jalan. Ku tahan air
mataku, karena Aku tak ingin Umiku melihat air mataku. Aku tak mau terlihat
menangis di hadapan Abi Umi dan semuanya. Aku ingin menjadi yang tertegar di
depan Beliau. Sebelum Aku benarbenar pergi, Abiku memberikanku 2 lembar kertas
yang isinya adalah tulisan Beliau untukku. Yang samapai saat ini sungguh
menggugah dan selalu membangunkanku kala Aku mulai terjatuh.
Aku masuk. Mereka tak terlihat lagi. Dan Aku menuju tempat
penimbangan barang bagasi. Barang sudah masuk bagasi dan saatnya Aku dan
temantemanku lainnya chek in. Satu persatu masuk. Dan Aku yang terakhir. Ketika
Kami sampai di tempat pemeriksaan barang yang Kami bawa ke kabin, ada temanku
yang beberapa barang bawaannya disita. Ada odol, pembersih wajah dll. Itu
sungguh menggelitik dan menjengkelkan. Tapi tak apalah, itu tidak terlalu
penting. Yang penting kitanya tidak disita.
Setelah sampai di ruang tunggu, Kami melaksanakan sholat ashar.
Ketika jam menunjukkan pukul 17.45 wib Kami masuk ke pesawat. Saat itu Kami
menaiki pesawat Qatar, jadi nanti kami transit di Doha, Qatar. Pesawat take off
pada pukul 18.00 wib. Dan selama 8 jam Kami berada di pesawat. Susah senang
berada di pesawat. Yang paling tidak Kami sukai adalah makanan di pesawat.
Mungkin karena lidah Kami bukan lidah seperti orang-orang barat jadi Kami rada
kurang cocok dengan makanan yang ditawarkan oleh pramugarinya. Namun walau
bagaimanapun Kami tetap memakannya.
Kami mendarat pada pukul 22.00 waktu qatar. Kami turun dan menuju
tempat transit. Saat itu Kami merasa lelah sekali. Akhirnya ketika Kami sudah
sampai di gate 7, dan Kami segera memposisikan diri di kursi tempat tunggu,
beberapa dari Kami segera tertidur termasuk Akulah yang amat sangat pulas. Tak
lupa Kami melaksanakan sholat maghrib dan isya yang belum Kami kerjakan. Tidak
Kami sangka, ternyata saat transit Kami bertemu dengan salah satu staff KBRI
yaitu Bapak Arief dan kedua anaknya. Alhamdulillah setidaknya ada yang Kami
kenal di pesawat nanti.
Pada pukul 01.45 waktu Qatar, pesawat yang akan membawa Kami siap
meluncur. Kami terbangun dan menuju pesawat. Sesampainya di pesawat Kami masih
merasa lelah lalu Kami lanjutkan istirahat Kami yang tadi sempat terganggu.
Lagi lagi pramugari datang dan menawarkan makanan kepada Kami. Kami pilih yang
paling familiar di telinga Kami. Dan Kami santap makanan itu. Tak terasa sudah
6 jam Kami berada di pesawat dan sebentar lagi pesawat siap mendarat di Bandara
Mohammad V, Casa, Maroko. Subhanallohh Kami melihat pemandangan Maroko dari
atas pesawat. Kami kaget karena yang Kami lihat adalah hamparan tanah berwarna
coklat. Sungguh kaget Kami. Tak pernah menyangka akan seperti itu. Tapi tak
apalah. Itu bukan suatu masalah. Akhirnya pada pukul 09.00 waktu Maroko Kami
sampai dan kaki Kami menginjakkan daratan Maroko untuk yang pertama kali.
Alhamdulillaaah. Akhirnya kami sampai juga.
Setelah turun dari pesawat Aku dan teman-teman mengantri untuk
dicek. Di sana paspor yang di cek dan diberi tanda. Nah, di saat Aku mengantri
bersama kedelapan temanku, datanglah seorang Bapak yang mengenakan baju
berwarna biru muda. “Indonesia ?” Beliau bertanya seperti itu dan Kami menjawab
“iya”. Di sana Aku tahu bahwa Beliau adalah salah satu staff di KBRI juga. Dan
kami mengobrol sambil mengantri. Setelah Aku dan teman-teman selesai di cek,
Kami menuju ke tempat pengambilan barang bagasi. Aku mencari-cari mana koperku.
Dan akhirnya Aku menemukannya.
Ketika semua sudah mendapatkan barang bagasinya masing-masing, Aku
dan teman-temanku keluar dari bandara. Dan di depan ternyata sudah ada beberapa
kakak kelasku yang sudah menunggu dan satu mobil jemputan. Awalnya Aku
menyimpulkan bahwa casa itu layaknya Bekasi di indonesia. Jalanannya yang tak
jauh beda. Namun memang ada perbedaan.
Setelah itu Kami di bawa ke Hay Dauliy. Asrama yang akan menjadi
tempat penginapan sementara Aku dan teman-teman. Setelah mendapatkan 3 kamar
untuk aku dan teman-temanku, kami beberes kamar. Setelah itu aku dan
teman-teman berkumpul dengan kakak senior di taman Hay Dauliy. Perkenalan
singkat. Aku dan teman-teman juga makan bersama kakak senior di taman itu.
Makan nasi goreng merah dan telor. Nikmat rasanya. Karena selama di pesawat Aku
dan teman-teman sama sekali tidak nafsu makan. Jadi ketika kita makan nasi itu,
rasanya itu hal ternikmat. Makanan teryummi. Alhamdulillah ‘ala kulli hal wa
ni’mah. Semua akan segera Aku mulai. Akan Aku mulai
kegiatanku dari sini. Saat ini. Ormaba. Penyambutan di KBRI. Urusan ke AMCI.
Dan semuanya.
Maroko, aku siap menjadi salah satu bagian darimu. Semoga semua
usahaku terbayar tiga tahun ke depan. InsyaAllah Aku selalu berada dalam
naungan kasih sayang Allah selama Aku selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Ya Allah, izinkanAku dan teman-temanku ini menggali ilmu yang
berada di Negri seribu Benteng ini. Ridloi setiap langkah Kami. Tegur Kami jika
Kami mulai menyimpang ya Allah.
Ya Allah, Aku titipkan kepadaMU kedua orangtuaku dan familiku yang
berada di jauh sana. Jaga mereka. Cintai dan sayangi mereka. Jauhkan mereka
dari segala marabahaya. Hanya kepadaMU Aku meminta dan menitipkan mereka semua.
Ya Allah, terimakasih atas semua nikmat yang telah Engkau berikan
kepadaku. Ridloi langkah awalku dan teman-temanku di Negri Seribu Benteng ini
ya Allah. Bismillaahirrohmaanirrohiim. VINI-VIDIVICI.
Robbii Laa Tadzarnii Fardan...
Say thank you verry much too all our senior. Wabil khushush ila
akhiinal kiroom Alvian Iqbal Zahasfan, Fakih Abdul Aziz, Arief Fadhilah and
ukhtinal jamiilah Durrotul Yatiimah. Dan tidak lupa kepada semua kakak PPI yang
selalu membimbing Aku dan temanteman. Bighug untuk kalian semua. And for my
best friends, Sarah, Ica, Rijal, Nafid, Narul, Muhib, Sajid and Makhludi, you are
the best. Keep in touch yaa walau jauuh.
Untuk Putriku
“WARDATUN HAMRA”
“Waktu terus berjalan menapaki jalan
kehidupan,
Bagai air yang mengalir melintasi celah
bebatuan.
Siapa pun berjuang dengan penuh kesungguhan,
Berhaklah ia akan penghargaan Tuhan”.
“Andaipun layar tak dapat lagi berkibar,
Perjalanan tak berarti dihentikan.
Karena siapa
tekun dan bersabar,
Masa panen dapat
dinanti”.
“Rimbunnya
pepohonan,
Karena ia kokoh
dalam pijakan.
Sungguh setiap asa dan permohonan,
Tergantung semangat yang engkau sediakan”.
“Doamu adalah senjatamu,
Sebagaimana dosa adalah benih deritamu.
Bila engkau ingin seluruh makhluk
mencintaimu,
Jadikanlah akhlakul karimah sebagai
pelitamu”.
“Allah tahu segala perbuatanmu,
Bahkan semua yang ada dalam lintasanmu.
Maka pujilah Dia dalam sukamu,
Dan periksalah diri dalamdukamu”.
“Tetapkan hati untuk satu cita,
Tak perlu tergesa dan meronta.
Sertai karyamu dengan do’a dan pinta,
Insya Allah mimpimu kan jadi nyata”.
“Ukuran tingginya suatu batang,
Ditentukan dalamnya akar yang terhujam.
Ukuran keberhasilan seseorang,
Ditentukan sekuat apa hasrat yang terpendam”.
‘
“Namun jangan sekali-kali kau gantungkan
harapan,
Hanya kepada kekuatan dan kesungguhan.
Karena sejatinya hidup setiap ciptaan,
Ada di dalam genggaman Tuhan”.
“Hiduplah dengan sederhana,
Jauhi sikap megah dan berfoya-foya.
Karena jauh diseberang sana,
Sesungguhnya taman bahagia”.
“Allah akan
memeliharamu,
Selama engkau
tahu dan mampu menjaga dirimu.
Namun bila
engkau menganiaya dirimu,
Seketika Dia kan
menjauh darimu”.
“Makanan dan minuman adalah bahan bakar bagi
badanmu,
Jangan campuri ia dengan yang bukan hakmu.
Sesuap bahkan setetes yang masuk lambungmu,
Cukup membuat tersendat ibadahmu”.
“Rabbana Hab lana Min Azwajina
Wadzurriyyatinaa Qurrata A’yunin Waj’alna Lil Muttaqiina Imaamaa”
“Allahumma shalli wasallim ‘ala habibina
wamaulana Muhammadin wa’ala aalihii washahbihi. Amiin.”
Perkenankanlah kiranya do’a dan pinta Kami,
wahai Allah Tuhan semesta alam.
(Pondok Cabe, Minggu, 22 September 2013.
Abimu, Syarif Rahmat)
Penulis : Wardatun Hamra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar