25/01/14

Tekad dan Keinginan

“Ya Allah, Aku titipkan kepadaMU kedua orangtuaku dan familiku yang berada di jauh sana. Jaga mereka. Cintai dan sayangi mereka. Jauhkan mereka dari segala marabahaya. Hanya kepadaMU Aku meminta dan menitipkan mereka semua.” (wardatun hamra)

Memang tak pernah  terlintas dalam benakku, untuk dapat berada di sini. Ya di Negri 1000 benteng ini. Mimpiku memang aku ingin menggali ilmu di luar negri. Bukan karena gengsi atau apalah. Namun ketahuilah, kebanyakan ilmu-ilmu islami itu berada di Luar Negri. Satu yang sudah menjadi impianku adalah Mesir. Entah mengapa aku amat sangat ingin menjadi salah satu pelajar indonesia yang berada di sana guna menggali ilmu bersama pelajar-pelajar indonesia lainnya. Aku tahu bukan  hal yang mudah untukku  bisa berada di sana. namun, karena tekad dan keinginanku segala daya dan upaya akan aku  lalukan. Demi mendapatkan apa yang aku inginkan.


Sebenarnya bukan hanya tekad dan keinginanku yang sangat mendukungku, namun keinginan dari kedua orangtuaku lah yang lebih mendukungku. Dan lebih bahkan amat sangat mendorong dan memotivasiku untuk terus mengejar mimpiku itu. Aku selalu terngiang dengan syarat2 untuk bisa mendapatkan beasiswa di Mesir. Ya tepatnya di Universitas Al Azhar Kairo. Universitas tertua islam yang kedua. Sempat terbayang olehku bagaimana nikmatnya menggali ilmu di Mesir sana. Belajar di Negara orang. Namun, skenario hidupku yang Allah buatkan jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Hafalan 2 juz. Bahasa arab lancar. Nahwu dan shorof. Insya’.

Itu yang selalu terngiang. Bagaimana ini ? Aku bingung dengan bahasa arab yang harus Aku kuasai. Aku bingung bukan main. Mungkin jika yang menjadi syarat hanya hafalan al qur’an 2 juz, mungkin itu tidak akan terlalu membingungkanku. Bukannya Aku menyombongkan diri. Jjujur saja. Aku lulusan dari sebuah pondok pesantren di Jogjakarta. Tepatnya di daerah Kotagede. Pondokku berbasis Qur’an dan Kitab, bukan pondok bahasa. Sejujurnya nilai bahasa arabku tidak bagus. Karena memang Aku kurang menyukai pelajaran itu. Susah sekali untukku megucapkan bahasa arab yang baik dan benar. Sungguh menjadi beban bagiku ketika Aku mengingat syarat itu.

Namun dengan berjalannya waktu, Allah memang berbaik kepadaku. Allah memang sangat baik dan paling baik hingga membuatku mampu untuk berbahasa arab. Walau hanya sedikit dan masih acak adut. But no problem. Kalau kata syair2 “Sedkit demi sedikit lama2 menjadi bukit..”. Aku jalani saja yang ada. Aku terus berlatih. Dan selalu berharap Allah berbaik hati kepadaku (lagi) dengan melancarkan bahasa arabku.

Singkat cerita, ketika Aku telah menyelesaikan studi tingkat SMA, kedua orang tuaku menyuruhku segera pulang. Karena memang sudah tidak ada kbm (kegiatan belajar mengajar) di sekolahku itu. Karena memang kami sudah dinyatakan lulus. Namun masih menunggu ijazah keluar. Pada tanggal 28 mei, Aku resmi menjadi alumni di pondok tercintaku. Tempat di mana selama 6 tahun Aku gali segala sesuatu yang ada di dalamnya. Dari Bu Nyai dan Pak Yai tercintaku, Aku mendaapatkan banyak sekali ilmu dan halhal baru, bahkan tak terhitung berapa banyak yang aku dapat di sini. Aku pulang memenuhi panggilan Abi dan Umiku.

Sesampainya di rumah, Umiku mengajakku bicara empat mata. Awalnya Aku terkejut. Tumben sekali ini, ada apa ini ? Aku masih terus saja bingung. Ketika Kami sudah berada di kamarku, Umi ku mulai berkata “Nak, sudahkan bulat tekadmu untuk belajar di Negri orang di jauh sana Nak ?” dengan cepat dan tegas Aku menjawab “Atuh iya Umiku, ini mimpiku Mi. Mimpi sejak dahulu yang tak mau Aku sia-siakan jika ada kesempatan. Memangnya ada apa Umi?”. Aku mulai penasaran. Aku takut Umiku bahkan Abiku tak memberiku izin untuk mengikuti tes tersebut, karena akhir-akhir itu Aku sering sakit-sakitan. Mendengar jawaban seperti itu Umiku berkata “Siapkan baju untuk beberapa hari, alat tulis, perlengkapan sholat dan perlengkapan mandi. bawa quran dan kitab juga kamus-kamusmu, Nak. Segera. Umi tunggu sampai maghrib nanti.”. Ha ? Aku bingung sekali. Ada apa ini ? Dalam kebingunganku Aku bertanya-tanya “aku baru saja sampai di sini, mengapa aku sudah ingin di usir lagi dari sini?”. Bingung. Bingung. Dan bingung. Namun karena itu sudah suruhan dari Umiku. jadi serta merta Aku melaksanakannya. Aku tak mausedikitpun membuat kecewa Umiku. Aku tak mau surgaku merasa tak senang denganku. Apalagi kecewa. Aku amat sangat tak mau.

Ketika masuk waktu maghrib, Umiku meminta supirku untuk memanaskan mobil. Aku mendengarnya. Astaghfirullohal’adzim. Mau di buang kemana lagi ini Aku ? tanyaku dalam hati. Lalu Aku sholat maghrib seraya berdoa kepada Allah agar diberi yang terbaik. Setelah Aku sholat, Aku merasa ada yang memanggil namaku. Suaranya tak asing. Bahkan amat sangat nyaman ketika Aku mendengarnya. Itu suara Abiku. Ya suara Pangeran di rumahku. Lalu mendengar Abiku memanggil, Aku segera berlari untuk menemui Beliau. karena memang Aku belum bertemu dengan Beliau. Aku cium punggung tangannya, Aku peluk dan Aku bisikkan kepada beliau bahwa Aku merindukan Beliau. Rasanya itu hal yang indah sekali. Lalu Abiku bekata disela-sela kebahagiaanku itu “Dek, sudah siap ? ayo brgkt sekarang. Keburu malam, Abi takut macet”. Seketika Aku mengambil tas dan turun mengikuti Beliau menuju lantai satu.

Tak lama Umi dan adik-adik kecilku pun ikut menyusul ke lantai satu. Abi keluar rumah diikuti oleh kami semua. Aku masih terus bertanya-tanya, “ini mau kemana ya ?”. Namun, Aku tak berani bertanya kepada Abi ataupun Umiku. Sudahlah ikuti saja, insyaAllah ini baik kok. Batinku. Setelah berada di mobil, Abiku baru menjelaskan ke mana arah tujuan kami malam ini. Namun sebelumnya Beliau mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. “Nak, selamat ulang tahun ya Nak. Semoga di umurmu yang semakin bertambah Allah senantiasa meridloi semua langkahmu Nak. Terus berusaha kejar citacitamu. Jangan malu dan jangan minder dengan yang lain. Tunjukan bahwa Wardah anak Abi juga bisa.” Aku terkaget-kaget, karena memang Aku lupa bahwa hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke 18. Subhanallohh. Seketika Aku menagis, karena memang sudah lama sekali Aku tak mendengar ucapan seperti itu langsung dari mulut Abiku. Lalu abiku melanjutkan kata-katanya “Abi dan Umi tidak dapat memberi wardah apa di hari kelahiran wardah ini, tapi Abi dan Umi hanya ingin membawa wardah ke suatu tempat yang di sana Wardah akan menemukan banyak teman dan ilmu baru. Pastinya ini amat sangat penting untuk Wardah dan untuk mewujudkan cita-cita Wardah ke Mesir sana.” Subhanalloh, ya Allah kejutan apalagi ini ? Aku tak menyangka sebelumnya. Ternyata Abi dan Umiku membawaku ke rumah adik kelas Umiku dulu di Darunnajah JakSel yang ternyata juga sudah menyelesaikan studinya di Universitas Al Azhar Kairo. Namanya kak Wirdah. Tak jauh beda bukan dengan namaku ? hanya beda huruf vokalnya saja. Sesampainya Kami di rumah Beliau, ternyata Beliau sedang belajar bersama anakanak dari PonPes Darunnajah yang ingin mengikuti tes masuk Universitas Al Azhar Kairo tahun ini. Ya Allah, ini adalah kado terindah dari Abi dan Umiku. Aku sungguh bahagia mendapatkan kado ini.

Setelah selesai mengantarku, tak lama Abi dan Umiku pamit pulang karena sudah malam. Aku dpat satu pesan dari Abiku yang masih terngiang di benakku sampai saat ini “Nak, bukanlah yang terpintar yang pasti akan dapat namun yang mampu dan mau untuk berusaha itulah yang akan mendapatkannya. semangat Nak. Tak usah minder dan malu. Kau punya Allah, Qur’an dan kitabmu. Bahasa bisa dipelajari. Gunakan yang ada. Allah selalu bersamamu Nak.”. Aku langsung memeluk Beliau, karena kata-kata Beliau yang selalu menggugahku.

Singkatnya, setelah 2 minggu aku berada di sana, akan diadakan ujian dari kak Wirdah. ingin sekali rasanya aku mengikuti ujian itu, namun sayang Allah berkehendak lain. Aku jatuh sakit sehari sebelum ujian iu dilaksanakan. Dengan berat hati aku tak mengikutinya. Namun tak apa, ini sudah rencana Allah. Dan tencana Allah amat sangatlah indah jika kita menjalaninya dengan baik dan sabar juga ikhlas.

Beberapa hari sebelum tes masuk dilaksanakan, Aku mendapat kabar dari alumni Al Azhar, bahwasannya tes diundur karena ada beberapa hal. Yang awalnya tanggal 29 juni 2013 kini diundur sampai tanggal 15 juli 2013. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi ? ikuti saja alur yang ada. Sesungguhnya Aku bersyukur dengan diundurnya waktu tes itu. Karena Aku bisa belajar lagi. Dalam jangka waktu yang lumayan lama, Umiku mengajakku untuk belajar kepada Beliau. Ya untuk mengisi kekosongan itu. Akhirnya setiap pagi dan maghrib Aku menyetorkan hafalan qur’anku kepada Beliau. Aku mulai dari juz 1 lagi.

Tak terasa Aku sudah sampai pada tanggal 9 juli 2013. Dua hari lagi Aku akan mengikuti tes masuk Universitas Al Azhar Kairo. Aku cek semua perlengkapan yang harus Aku bawa saat tes besok. Aku sampai lupa di mana Aku meletakkan kartu ujianku. Astaghfirullah. Di mana Aku meletakkannya. Oh alhamdulillah ternyata Aku baru ingat dan sadar bahwa kartu tersebut Aku titipkan kepada Umiku. Karena Aku orang yang teledor jadi lebih baik Umiku yang menyimpannya. Ketika jam 5 sore, sepulangku dari Bekasi. Aku mendapat sms dari alumni Al Azhar yang sekarang sedang berada di Jakarta. Isi pesannya sungguh membuatku terkagetkaget bahkan sampai Aku menangis dan entah apa yang Aku rasa. Rasanya saat itu, detik itu ketika Aku membaca pesan tersebut duniaku hitam. Kelam. Entah apa yang harus Aku ucapkan. Rasanya semua bayangan tentang Mesir berterbangan di atas kepalaku. Astgahfirulloh. Aku tersadar dari kebingunganku dan kekagetanku. Segara handphoneku aku berikan kepada abiku yang kebetulan saat itu sedang berada dalam satu mobil denganku. Abiku jauh lebih kaget dan langsung menelpon ke salah satu adik kelas Beliau yang berada di Depag. Abi segera menelpon dan meminta penjelasan. Apa kalian tahu apa isi pesan tersebut ? isinya adalah pemberitahuan tentang pembatalan seleksi masuk Universitas Al Azhar tahun ini, yang dikarenakan kondisi Mesir yang sedang labil dan sedang kacau. Ya Allah rasanya Aku mulai tak bisa menahan air mata ini. Namun Umiku terus menegarkanku. “Sudah Nak, Allah punya rencana lebih baik dari ini Nak.” Mendengar kata-kata Umiku , Aku berusaha tegar dan sabar.

Al Azhar. Piramid. Spinx. Kairo. Semua terbang begitu saja. Entah bagaimana dengan studi ku di jenjang selanjutnya. Entah. Namun Allah lagi-lagi memberikan skenario yang indah kepadaku. aku mengikuti tes yang masuk Universitas di Indonesia. Sebut saja SBMPTN. Aku mengkuti tes itu di Jogja, dan Aku memlilih Universitas Islam di Jogjakarta. Yakni Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga (UIN SUKA). Sebenarnya Aku itu hanya iseng saja mengikuti tes itu. Namun subhanalloh sekali Aku lolos dan Aku diterima di UIN SUKA melalui tes tersebut. Ya Aku dapat di jurusan yang memang diinginkan oleh Abi dan Umiku. Tafsir hadist. Sungguh luar biasa. Aku langsung seketika mengurus administrasi itu. Alhamdulillah setelah 2 hari Aku berada di UIN SUKA, Aku setengah resmi menjadi mahasiswi di sana. Aku sudah mendapatkan almamater dan KTM. Kartu tanda mahasiswa UIN SUKA.'

Ketika Aku berada di Jakarta (setelah mengurus UIN), sepupuku yang dulu mengenyam pendidikan di salah satu Universitas di Kairo (‘Ain Asy Syam) memberitahuku bahwa ada beasiswa ke Maroko. Awalnya Aku menolak karena memang Aku tak pernah ada bayangan untuk bisa mengenyam pendidikan di sana. Yang Aku ingin itu Mesir bukan Maroko. Namun, setelah mendengar Abiku berkata “Di manapun Nak tempatmu belajar, di manapun itu bukan jadi masalah. Yang jadi masalah itu ketika Kau tak mau belajar. Sudah, ikut saja seleksi itu. Lagipula ini sudah mepet Nak. Ini sudah tanggal 12 juli. Besok di tutup pendaftarannya. Kesempatan hanya datang sekali Nak.” Ya sudahlah. Aku ikuti saja apa yang Abiku katakan. Aku akan selalu mengikuti kata-kata Beliau, karena Aku yakin ini yang terbaik untukku dan tak ada orangtua yang ingin menyesatkan anaknya. Malam itu pukul 23.00 aku mengirim email kepada guruku di Jogja. Kebetuan Beliau memang belum tidur. Aku meminta Beliau untuk mengirimkan ijazah (SKHUN) dan raportku via email. Alhamdulillah pukul 01.00 wib, Aku sudah mendapatkannya. Malam itu juga aku menyelesaikan membuat CV (curiculum vitae)ku. Karena itu juga salah satu syaratnya. Dan tak lupa pula dengan hasil TOAFLku. Alhamdulillah Aku sudah memilikinya. Teringatku ketika aku mengikuti tes TOAFL di pusat bahasa UIN SYAHID Jakarta. Itu pengalaman yang tak terlupakan. Hanya bisa bersyukur dan berterimakasih kepada Allah. Hari itu, di pusat bahasa Aku mengikuti tes TOAFL. Pukul 13..00 wib Aku siap memasuki ruangan. Aku tunjukan kepada petugas yang menjaga di depan pintu ruangan itu. Setelah itu aku memposisikan diri di kursi bagianku. Kursi nomor 29. Sama seperti tanggal lahirku. Dengan optimis aku duduk dan memasukkan segala hal yang berada di tanganku ke dalam tas. Ku keluarkan bolpoin. Ketika soal dan lembar jawaban telah diberikan. Tiba-tiba mataku terasa berat untukku membukanya. Rasanya mata ini sungguh tak kuasa untuk melek. Akhirya tanpa aku sadari aku tertidur. Pulas sangat pulas sampaisampai aku bermimpi dalam tidurku. Mungkin sudah sekitar satu setengah jam Aku tertidur. Sungguh di luar dugaan. Aku tertinggal. Aku segera memaksa mataku agar ia terbuka lebar. Aku paksa dan akhirnya Aku berhasil mengajak mataku untuk berkompromi. Kaget bukan main. Aku sudah tertinggal jauh. Bagian pertama aku sama sekali tidak mendengar soal yang dibacakan. Akhirnya dengan terpaksa dan ragu-ragu Aku isi lembar jawabanku itu. Bismillaah. Allahummashalli ‘ala sayyidina Muhammmad wa ‘ala aalih. Setiap nomor yang Aku kerjakan Aku bacakan shalawat. Berharap ada keajaiban. Setelah waktu selesai dan proses penggarapan asalku juga selesai, Aku segera menuju masjid fathullah untuk mendirikan sholat ashar. Ya Allah berilah yang terbaik untukku. Seminggu kemudian hasil tes bisa di ambil. Subhanallah walhamdulillah. Terimakasih Allah. Terimakasih. Hasil TOAFL ku melebihi batas yang aku harapkan. Alhamdulillah. Aku segera bercerita kepada Abi dan Umiku. Abiku tak mau Aku mendapatkan skor yang segitu namun tak terbukti. Akhirnya Aku disuruh oleh Beliau untuk mengerjakan soal dari Beliau. Ya memang tampak mudah namun Allahu Akbar itu sulit. Bismillah semoga bisa Aku selesikan. Setelah 3 jam Aku kerjakan, jawaban Abiku hanya “no comment.” Hanya itu. Ya sudah. Aku tak banyak ambil pikiran. Aku terus kerjakan apa yang bisa Aku kerjakan setelah itu. Ini hanya bagian kecil dari TOAFLku.

Keesokan paginya Aku tertidur dan baru terbangun saat dzuhur. Aku langsung kebingungan karena Aku belum mengirim berkas-berkasku itu. Aku nyalakan laptopku, namun sayang pulsa di modemku habis. Aku berencana memakai modem milik Abiku, namun Aku tidak berani karena memang itu bukan hakku. Akhirnya Aku pergi ke rumah sepupuku itu dan minta di kirimkan via email Beliau. Alhamdulillah pada pukul 21.00 wib semua berkas sebagai sarat sudah terkirim. Awalnya Aku merasa pesimis akan lolosnya Aku pada seleksi ini. Karena apa ? karena kuota yang sangat minim. Ya hanya ada 15 CaMaBa (calon mahasiswa baru) untuk Kerajaan Maroko, yang hanya terdapat 10 orang untuk program S1. Namun semuaku pasrahkan kepada Allah.

Pada tanggal 22 juli 2013, adalah pagi yang indah bagiku. Saat sahur itu adalah saat indah yang amat sangat dan sungguh indah bagiku. Abiku mengumpulkan semua orang yang berada di rumah. Aku awalnya tidak tahu kenapa Abi mengumpulkan semua yang berada di rumah. Semuanya. Tak terkecualai. Lalu Abi mulai percakapan pagi itu. “Allah itu memang Maha Adil. Jika kita berusaha pasti akan ada jalan. Tadi malam sebelum Abi tidur, Abi dapat kabar dari Depag. Alhamdulillah Mbak Wardah lulus seleksi masuk Universitas di Kerajaan Maroko. Alhamdulillah.” Hah ? Subhanalloh walhamdulillah, tak kuasa Aku membendung air mataku ini. Sertamerta Aku menangis seraya bersujud. Ya Aku lakukan sujud sukur di hadapan semua orang pagi itu. Entah rasanya Aku bahagia bukan kepalang. Subhanalloh. Terimakasih ya Allah. Terimakasih. Sungguh indah skenarioMU Tuhan, sungguh. Akhirnya cita-citaku untuk bisa melanjutkan studi ke Luar Negri tercapai. Alhamdulillah. Umiku sampai menagis terharu mendengar kabar itu. Aku. Adikku dan semuanya pun tak kuasa menahan bendungan air mata. Sungguh semua kerja kerasku terbayar dan tergantikan oleh kabar gembira ini.

Tak mau Aku sia-siakan waktu, akhirnya Aku hari itu juga mengurus semuanya. Mulai SKCK, surat keterangan sehat dan paspor. Mulai pagi itu Aku urus semuanya. Alhamdulillah pada 3 hari kemudian SKCK dan surat keterangan sehatku sudah jadi. Namun yang masih jadi masalah adalah pasporku yang masih belum jadi.padahal tanggal 30 juli semua harus sudah Aku serahkan ke Kemenag. Bismillah insyaAllah ada jalan. Tak lama kemudian pada tanggal 29 juli pasporku jadi. Horee. Alhamdulillah. Sekarang saatnya Aku mengisi formulir AMCI. Nah, Aku mulai bingung lagi. Di mana dan apa. Di mana kota yang harus Aku pilih ? Jurusan apa ? Sebenarnya cita-citaku itu menjadi akuntan, namun karena kedua orangtuaku tak mengizinkan dan tak merestui cita-citaku itu, akhirnya Aku memilih tafsir hadist. Tapi untuk masalah penjurusan ini, tidak Aku pilih sendiri. Aku bertanya kepada Abi dan Umiku. Dan jawaban Beliau adalah sastra arab atau dirosat. Nah akhirnya Aku memilih dirosat karena menurut abiku bagian sastra biar dipegang oleh Adikku besok. Ya sudah Aku pilih saja itu. Untuk kota mana yang Aku pilih, seingatku, Aku memilih Rabat, Kenitra dan Fes.

17 september 2013 temanku yang juga camaba Kerajaan Maroko menelponku. Ia memberi kabar tentang keberangkatan Kami ke Maroko. Sungguh seketika Aku menangis. Mengapa ? karena waktu yang sangat singkat dan persiapanku yang baru 75%. Ya Allah, banyak-banyak Aku istighfar semoga Aku dipermudah. Begitupula teman-temanku camaba Kerajaan Maroko. Tanggal 20 September Aku harus sudah meninggalkan Indonesiaku tercinta. Dan meninggalkan semua yang Aku sayang dan menyayangiku. Itu kabar pertama. Di saat genting seperti itu, Kakakku yang baru datang dari perantauannya, Mesir, berkata kepadaku “Dek, ambil semua hikmah dari ini Dek. Tanggal yang diajukan, persiapan yang kurang dan semuanya. Ambil saja hikmahnya. Jangan banyak mengeluh. Allah itu sayang sama Dedek. Ayo Dek, belajar mengambil hikmah di balik ini semua. InsyaAllah sukses Dek.”. kata-kata itu sungguh menenangkanku. Namun beberapa hari kemudian, temanku itu kembali menelponku. Ia berkata keberangkatan di undur menjadi tanggal 22 september seperti awal yang kami ketahui. Senang bukan main Aku mendengar kabar itu. Namun sedikit kecewa karena Aku sudah cepat-cepat membereskan barangbarang yang harus ku bawa ke Maroko dan hasilnya amat sangat hancur. But it’s oke.

Singkatnya pada hari Minggu, 22 september 2013, pukul 11.00 wib, Aku siap berangkat menuju Bandara Internasional SoekarnoHatta. Bismillah. Ini langkah pertama ku tinggalkan rumahku. Surgaku. Ku cium pintu ruang kerja Abiku di rumahku. Kebetulan rumahku berbentuk ka’bah. Dan kucium pintu ka’bah itu yang juga merupakan pintu ruang kerja Abiku. Ku baca doa keluar rumah. Aku pamitan kepada tetangga sebelah dan depan rumah. Ku cium punggung tangan Beliau semua. Seraya memintakan doa untukku juga studiku. Bismillaah. Aku meninggalkan rumahku. Di tengah jalan gang yang kecil, teman-teman santri Pondok Pesantren Ummul Qura baik putra maupun putri berdiri di depan gerbang masuk. Terharu dan sedih sekali ketika Aku mengingat itu. Satu persatu Aku salami mereka. Aku mintakan doa dan restu mereka. Sesampainya di depan gang, Aku memasuki mobil. Dan ini kali pertamanya Aku duduk di kursi samping sopir yang biasanya hanya Abiku yang menggunakan kursi itu. Naun hari itu, Abiku menyerahkan kursi itu untukku. Sungguh rasanya luar biasa istimewanya Aku. Itu hanya perasaanku. Aku biarkan air mataku mengalir deras di pipi ini. Tak ku seka sama sekali. Kembali teman-teman santri berlari ke depan gang dan mengucapkan “ma’annajah Ukhtii..”. Sungguh tak kuasa ku menahan air mata ini. Mobilku berjalan meninggalkan bibir gang rumahku. Selamat tinggal Pondok Cabeku, Ummul Quraku dan selamat tinggal temanteman santri Ummul Quraku.

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, akhirnya aku sampai di Bandara Internasional SoekarnoHatta. Rasa sedih mulai merasuk kembali. Aku berjalan masuk untuk mencari temanku di terminal 2D. Sebelum Aku bertemu dengan temanku itu, Aku terkaget ketika memasuki terminal 2D. Suasana yang Aku temui adalah banjir peci dan kerudung. Awalnya Aku kira ini rombongan jama’ah haji. Namun ternyata Aku salah, ini adalah rombongan keluarga dan sanak saudara darisalah satu temanku yang juga akan melanjutkan studi ke Kerajaan Maroko. Dan ada di satu sudut yang membuatku kaget ternyata yang berada di pojok sudut itu adalah rombongan jamaah Abiku. Subhanalloh. Mereka datang untuk melepasku pergi. Ya Allah. Indahnya perpisahanku ini. SetelahKu salami semua yang Aku kenal, akhirnya Aku bertemu temanku itu. Ia memakai baju gamis hijau duduk di depan AW bersama keluarga dan teman-temannya. Aku yakin sekali itu Dia. Ternyata Aku tak salah. Akhirnya Kami berbincang. Tak sadar waktu sudah menunjukan pukul 14.00 wib. Saatnya Aku dan camaba lainnya berkumpul dengan Pak Bil Bachtiar.

Kami berkumpul di depan mesin atm Danamon. Di sana Kami diberi petunjuk dan saling berkenalan. Walau akhirnya hanya temanku dan satu orang perempuan (karena kita hanya bertiga yang perempuan) yang Aku kenal. Tapi itu tidak masalah karena toh akhirnya Kamipun akan saling mengenal. Saat Kami kumpul bersama Pak Bil Bachtiar, Beliau juga menjelaskan sebenarnya ada 10 camaba untuk jenjang S1 tetapi sayangnya salah satu dari 10 orang dari Kami tidak jadi berangkat dikarenakan ada hal yang tidak dapat ia tinggalkan dan Kamipun kurang tahu untuk alasan itu. Setelah kumpul tak lama Kami mengumpulkan barang-barang yang akan dimasukkan ke bagasi. Setelah itu selesai, Kami sibuk dengan keluarga Kami masing-masing.

Ketika jam menunjukkan pukul 16.00 wib Kami semua masuk ke dalam. Dan di saat terakhir itu Aku sempatkan memeluk Abi dan Umiku juga Adik dan Kakakku. Tak terlupakan Nenek terkuatku. Tersayang dan terhebatku. Setelah Aku berpamitan kepada semua yang ada di sana. Aku masuk membawa troli ku sendiri. Selamat tinggal semua. Selamat jalan. Ku tahan air mataku, karena Aku tak ingin Umiku melihat air mataku. Aku tak mau terlihat menangis di hadapan Abi Umi dan semuanya. Aku ingin menjadi yang tertegar di depan Beliau. Sebelum Aku benarbenar pergi, Abiku memberikanku 2 lembar kertas yang isinya adalah tulisan Beliau untukku. Yang samapai saat ini sungguh menggugah dan selalu membangunkanku kala Aku mulai terjatuh.

Aku masuk. Mereka tak terlihat lagi. Dan Aku menuju tempat penimbangan barang bagasi. Barang sudah masuk bagasi dan saatnya Aku dan temantemanku lainnya chek in. Satu persatu masuk. Dan Aku yang terakhir. Ketika Kami sampai di tempat pemeriksaan barang yang Kami bawa ke kabin, ada temanku yang beberapa barang bawaannya disita. Ada odol, pembersih wajah dll. Itu sungguh menggelitik dan menjengkelkan. Tapi tak apalah, itu tidak terlalu penting. Yang penting kitanya tidak disita.

Setelah sampai di ruang tunggu, Kami melaksanakan sholat ashar. Ketika jam menunjukkan pukul 17.45 wib Kami masuk ke pesawat. Saat itu Kami menaiki pesawat Qatar, jadi nanti kami transit di Doha, Qatar. Pesawat take off pada pukul 18.00 wib. Dan selama 8 jam Kami berada di pesawat. Susah senang berada di pesawat. Yang paling tidak Kami sukai adalah makanan di pesawat. Mungkin karena lidah Kami bukan lidah seperti orang-orang barat jadi Kami rada kurang cocok dengan makanan yang ditawarkan oleh pramugarinya. Namun walau bagaimanapun Kami tetap memakannya.

Kami mendarat pada pukul 22.00 waktu qatar. Kami turun dan menuju tempat transit. Saat itu Kami merasa lelah sekali. Akhirnya ketika Kami sudah sampai di gate 7, dan Kami segera memposisikan diri di kursi tempat tunggu, beberapa dari Kami segera tertidur termasuk Akulah yang amat sangat pulas. Tak lupa Kami melaksanakan sholat maghrib dan isya yang belum Kami kerjakan. Tidak Kami sangka, ternyata saat transit Kami bertemu dengan salah satu staff KBRI yaitu Bapak Arief dan kedua anaknya. Alhamdulillah setidaknya ada yang Kami kenal di pesawat nanti.

Pada pukul 01.45 waktu Qatar, pesawat yang akan membawa Kami siap meluncur. Kami terbangun dan menuju pesawat. Sesampainya di pesawat Kami masih merasa lelah lalu Kami lanjutkan istirahat Kami yang tadi sempat terganggu. Lagi lagi pramugari datang dan menawarkan makanan kepada Kami. Kami pilih yang paling familiar di telinga Kami. Dan Kami santap makanan itu. Tak terasa sudah 6 jam Kami berada di pesawat dan sebentar lagi pesawat siap mendarat di Bandara Mohammad V, Casa, Maroko. Subhanallohh Kami melihat pemandangan Maroko dari atas pesawat. Kami kaget karena yang Kami lihat adalah hamparan tanah berwarna coklat. Sungguh kaget Kami. Tak pernah menyangka akan seperti itu. Tapi tak apalah. Itu bukan suatu masalah. Akhirnya pada pukul 09.00 waktu Maroko Kami sampai dan kaki Kami menginjakkan daratan Maroko untuk yang pertama kali. Alhamdulillaaah. Akhirnya kami sampai juga.

Setelah turun dari pesawat Aku dan teman-teman mengantri untuk dicek. Di sana paspor yang di cek dan diberi tanda. Nah, di saat Aku mengantri bersama kedelapan temanku, datanglah seorang Bapak yang mengenakan baju berwarna biru muda. “Indonesia ?” Beliau bertanya seperti itu dan Kami menjawab “iya”. Di sana Aku tahu bahwa Beliau adalah salah satu staff di KBRI juga. Dan kami mengobrol sambil mengantri. Setelah Aku dan teman-teman selesai di cek, Kami menuju ke tempat pengambilan barang bagasi. Aku mencari-cari mana koperku. Dan akhirnya Aku menemukannya.

Ketika semua sudah mendapatkan barang bagasinya masing-masing, Aku dan teman-temanku keluar dari bandara. Dan di depan ternyata sudah ada beberapa kakak kelasku yang sudah menunggu dan satu mobil jemputan. Awalnya Aku menyimpulkan bahwa casa itu layaknya Bekasi di indonesia. Jalanannya yang tak jauh beda. Namun memang ada perbedaan.

Setelah itu Kami di bawa ke Hay Dauliy. Asrama yang akan menjadi tempat penginapan sementara Aku dan teman-teman. Setelah mendapatkan 3 kamar untuk aku dan teman-temanku, kami beberes kamar. Setelah itu aku dan teman-teman berkumpul dengan kakak senior di taman Hay Dauliy. Perkenalan singkat. Aku dan teman-teman juga makan bersama kakak senior di taman itu. Makan nasi goreng merah dan telor. Nikmat rasanya. Karena selama di pesawat Aku dan teman-teman sama sekali tidak nafsu makan. Jadi ketika kita makan nasi itu, rasanya itu hal ternikmat. Makanan teryummi. Alhamdulillah ‘ala kulli hal wa ni’mah. Semua akan segera Aku mulai. Akan Aku mulai kegiatanku dari sini. Saat ini. Ormaba. Penyambutan di KBRI. Urusan ke AMCI. Dan semuanya.

Maroko, aku siap menjadi salah satu bagian darimu. Semoga semua usahaku terbayar tiga tahun ke depan. InsyaAllah Aku selalu berada dalam naungan kasih sayang Allah selama Aku selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Ya Allah, izinkanAku dan teman-temanku ini menggali ilmu yang berada di Negri seribu Benteng ini. Ridloi setiap langkah Kami. Tegur Kami jika Kami mulai menyimpang ya Allah.

Ya Allah, Aku titipkan kepadaMU kedua orangtuaku dan familiku yang berada di jauh sana. Jaga mereka. Cintai dan sayangi mereka. Jauhkan mereka dari segala marabahaya. Hanya kepadaMU Aku meminta dan menitipkan mereka semua.

Ya Allah, terimakasih atas semua nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku. Ridloi langkah awalku dan teman-temanku di Negri Seribu Benteng ini ya Allah. Bismillaahirrohmaanirrohiim. VINI-VIDIVICI.

Robbii Laa Tadzarnii Fardan...
Say thank you verry much too all our senior. Wabil khushush ila akhiinal kiroom Alvian Iqbal Zahasfan, Fakih Abdul Aziz, Arief Fadhilah and ukhtinal jamiilah Durrotul Yatiimah. Dan tidak lupa kepada semua kakak PPI yang selalu membimbing Aku dan temanteman. Bighug untuk kalian semua. And for my best friends, Sarah, Ica, Rijal, Nafid, Narul, Muhib, Sajid and Makhludi, you are the best. Keep in touch yaa walau jauuh.

Untuk Putriku  “WARDATUN HAMRA”

“Waktu terus berjalan menapaki jalan kehidupan,
Bagai air yang mengalir melintasi celah bebatuan.
Siapa pun berjuang dengan penuh kesungguhan,
Berhaklah ia akan penghargaan Tuhan”.
“Andaipun layar tak dapat lagi berkibar,
Perjalanan tak berarti dihentikan.
Karena siapa tekun dan bersabar,
Masa panen dapat dinanti”.
“Rimbunnya pepohonan,
Karena ia kokoh dalam pijakan.
Sungguh setiap asa dan permohonan,
Tergantung semangat yang engkau sediakan”.
“Doamu adalah senjatamu,
Sebagaimana dosa adalah benih deritamu.
Bila engkau ingin seluruh makhluk mencintaimu,
Jadikanlah akhlakul karimah sebagai pelitamu”.
“Allah tahu segala perbuatanmu,
Bahkan semua yang ada dalam lintasanmu.
Maka pujilah Dia dalam sukamu,
Dan periksalah diri dalamdukamu”.
“Tetapkan hati untuk satu cita,
Tak perlu tergesa dan meronta.
Sertai karyamu dengan do’a dan pinta,
Insya Allah mimpimu kan jadi nyata”.
“Ukuran tingginya suatu batang,
Ditentukan dalamnya akar yang terhujam.
Ukuran keberhasilan seseorang,
Ditentukan sekuat apa hasrat yang terpendam”. ‘
“Namun jangan sekali-kali kau gantungkan harapan,
Hanya kepada kekuatan dan kesungguhan.
Karena sejatinya hidup setiap ciptaan,
Ada di dalam genggaman Tuhan”.
“Hiduplah dengan sederhana,
Jauhi sikap megah dan berfoya-foya.
Karena jauh diseberang sana,
Sesungguhnya taman bahagia”.
“Allah akan memeliharamu,
Selama engkau tahu dan mampu menjaga dirimu.
Namun bila engkau menganiaya dirimu,
Seketika Dia kan menjauh darimu”.
“Makanan dan minuman adalah bahan bakar bagi badanmu,
Jangan campuri ia dengan yang bukan hakmu.
Sesuap bahkan setetes yang masuk lambungmu,
Cukup membuat tersendat ibadahmu”.
“Rabbana Hab lana Min Azwajina Wadzurriyyatinaa Qurrata A’yunin Waj’alna Lil Muttaqiina Imaamaa”
“Allahumma shalli wasallim ‘ala habibina wamaulana Muhammadin wa’ala aalihii washahbihi. Amiin.”
Perkenankanlah kiranya do’a dan pinta Kami,
wahai Allah Tuhan semesta alam.
(Pondok Cabe, Minggu, 22 September 2013. Abimu, Syarif Rahmat)


Penulis : Wardatun Hamra




Tidak ada komentar:

Posting Komentar