30/01/14

Air Mata Aisyah

 “Aku melihat dirimu dalam mimpi selama tiga malam. Engkau datang bersama malaikat terbungkus dengan kain sutra. Malaikat tersebut berkata, “ Ini adalah istrimu!” Kemudian aku buka kain itu dan ternyata engkau berada di dalamnya. Maka aku katakan. “ Sesungguhnya menikahimu adalah perintah dari Allah”.(H.R.Bukhari Muslim). 

            Alkisah, kejadian ini berawal saat Rasulullah SAW berpulang dari perang Bani Mustholiq pada tahun ke-5 Hijriyah, dan hendak kembali ke Madinah bersama para pasukannya. Peperangan ini juga diikuti oleh istri beliau Aisyah RA. Dalam perjalanan pulang, Aisyah bersiap dan berjalan menuju unta tunggangannya, ketika dia hendak naik, ternyata kalungnya yang terbuat dari mutiara zifar (zifar adalah nama kota di Yaman) tidak lagi menempel pada lehernya, dia pun kembali dan mencari kalungnya. Di sisi lain orang-orang yang bertugas mengawal dirinya pun telah memasukkan barang-barang lainnya, mereka mengira bahwa Aisyah sudah masuk dalam sekedup itu, sedangkan rombongan para sahabat lainnya sudah berjalan jauh meninggalkan dirinya. Setelah lama mencari kalungnya yang hilang, dia menemukannya dan kembali menuju ke tempat peristirahatan pasukan. Ternyata dia tidak mendapati seorangpun disana, lalu dia berjalan ke tempat semula dimana dirinya berpisah dengan rombongan berharap mereka menyadari bahwa dirinya tertinggal dan kembali menjemputnya. Rasa kantuk akibat lelah datang saat dia duduk menanti jemputan, dan akhirnya tertidur ditempat itu. Sesaat setelah itu, ada sebagian kelompok yang sengaja berangkat akhir setelah pasukan pertama, diantara mereka adalah Shofwan bin Muaththal As-Sulami yang mendapati Aisyah tergeletak di tempat itu. Shofwan segera menghampirinya dan beristirja’ (Red: Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun) melihatnya tergeletak di tempat itu. Aisyah terbangun lantaran terdengar suara orang dibelakangnya.


            Setelah itu, Showfan mengantarnya kembali ke Madinah, ia berjalan kaki mengawal Ummul Mukminin (Aisyah R.A) yang menunggangi unta milik Shofwan. Sesampainya di Madinah, para penduduk kota melihat Aisyah pulang bersama Shofwan dan tidak bersama rombongan pertamanya, orang-orang munafik dari mereka menggunakan kesempatan ini untuk memojokkan Aisyah. Mereka menuduh kalau Aisyah telah berbuat macam-macam dengan Shofwan. Abdullah bin Ubay, adalah yang paling banyak memfitnah dan ingin menghancurkan rumah tangga Rasulullah SAW. Beberapa saat setelah kedatangan Aisyah di Madinah, dia jatuh sakit, sedangkan penduduk Madinah mulai membicarakan Aisyah tentang fitnah yang disebarkan oleh Ahlu al-Ifki (orang-orang munafik yang telah memfitnah Aisyah) dan ia tak merasa apapun bahwa diluar banyak desas-desis tentang dia dan Shofwan.

            Fitnah tersebut cepat tersebar dikalangan penduduk Madinah, hingga Rasulullah SAW menunjukkan perbedaan sikap kepada Aisyah. Ketika beliau masuk kamar hanya mengucapkan salam dan berkata “Bagaimana kabarmu?”, dan tidak bersikap seperti biasanya. Keadaan itu membuat Aisyah jadi bingung dan keduannya canggung untuk bersikap biasa. Sampai akhirnya fitnah itu terdengar di telinga Aisyah sendiri. Lalu ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menginap di rumah ayahnya, Abu Bakar As-Siddiq guna menanyakan kebenaran yang terjadi pada dirinya. Di sisi lain, Rasulullah SAW meminta saran dari beberapa sahabatnya mengenai masalah ini, dan mereka tidak ada yang berani menyalahkan Ummul Mukminin. Kemudian, beliau menyusul Aisyah yang sedang mengadu kepada ayahnya tentang masalah ini dan berkata : “wahai Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadamu kabar begini dan begitu, maka jika engkau memang benar-benar bersih, maka Allah akan membersihkanmu. Dan jika engkau telah berbuat dosa, maka mintalah ampun kepada Allah dan bertobatlah, sesungguhnya seorang hamba jika berbuat dosa kemudian bertobat, maka Allah SWT maha penerima taubat”. Tak terasa air mata Aisyah jatuh membasahi paras yang mulia itu, mendengar nasihat dari Rasulullah SAW yang begitu menyayangi dirinya, membuat hatinya lunak dan mengangis dipangkuan ayahnya seraya berkata, : “ Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar kabar ini, dan meyakini kebenarannya pada diri kalian, maka jika aku katakan kalau aku tidak bersalah, dan aku masih suci, pastilah kalian tidak akan percaya apa yang aku katakan. Maka aku serahkan masalahku ini hanya pada Allah SWT, karena Dialah Dzat yang maha mengetahui semuanya”.

            Setelah itu, Sayyidah Aisyah bangkit dan berbaring diatas tempat tidurnya, sedangkan Rasulullah SAW tetap pada tempat duduknya. Akhirnya Allah SWT yang menunjukkan jalan bagi hamba-Nya, menerangi kegelapan dengan Kalam-Nya, dengan menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW yang menegaskan bahwa Sayyidah Aisyah bersih, suci dan tidak bersalah.


¨إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

            Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
            Maka cerahlah wajah Rasulullah SAW mendapat kabar gembira dari Allah SWT, dan beranjak mendatangi Aisyah dan mengatakan bahwa ia telah bebas dari fitnah yang selam ini mengganggu dirinya. “Aku melihat dirimu dalam mimpi selama tiga malam. Engkau datang bersama malaikat terbungkus dengan kain sutra. Malaikat tersebut berkata, “ Ini adalah istrimu!” Kemudian aku buka kain itu dan ternyata engkau berada di dalamnya. Maka aku katakan. “ Sesungguhnya menikahimu adalah perintah dari Allah”.(H.R.Bukhari Muslim). Setelah itu beliau memerintahkan untuk mencambuk Abdullah bin ubay dan orang-orang munafik sebagai hukuman atas tuduhan zina.  


(Dzulfikar)



kairo, 28 Januari 2014

2 komentar:

  1. Rasulullah SAW sangat mencintai Aisyah

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kelak kita mampu mempraktekkan uswatun hasanah tersebut . amiin

      Hapus