Apa
jadinya jikalau seorang sufi jatuh cinta ? . Jawabnya adalah kidung asmara.
Gada Hasna’. Dialah perempuan yang memikat hati sang “Syech
Akbar” Ibn Arabi, tokoh besar sufi
creator ajaran wahdat al wujud.
Putri St=yech Makinuddin Abi Suja’ ini, memaksa rangkaian puitis ungkapan cinta
sang sufi menjelma menjadi ontology puisi “Turjuman Al-Asywaq”.
Ceritanya, dalam
pengembaraan spiritual selepas mengunjungi kota-kota di Maroko, sebelum masa
pengembaraan ke Mesir, Baghdad, dan berakhir di Damaskus, sang sufi bertolak
menuju Makkah guna menunaikan ibadah Haji. Disinalah, rangkaian kisah cinta
bermula. Dahsyatnya, ternyata tidak cukup dengan “Turjuman Al-Asywaq”,
melainkan Ibnu Arabi menjelaskan kidung cintanya lebih detil dalam buku Adz-Dzakha’ir
Wa Al-A’laq Fi Syarh Turjuman Al-Asywaq.
Apakah lantas aliran kisah
ini menyisakan nuansa kental cinta dalam bangunan tasawuf sang sufi ? .
Wallahua’lam. Namun yang jelas, ke-menyatuan wujud –ulasnya- hanya dimungkinkan
dengan jalan cinta. Cintalah yang bisa mengantarkan mahluk menyatu khaliqnya,
meninggalkan ketiadaannya menuju dzat yang sesungguhnya ada.
Ajaran wahdat al wujud
ini, sampai hari ini memang masih kontroversial, bahan di kalangan para sufi
sekalipun. Tetapi yang jelas kecanggihan Ibn Arabi pada satu sisi, dapat
terlihat melalui karya-karyanya yang menurut
hitungan Brookleman mencapai sekitar 200 buku dan kemampuannya meramu unsur teks suci, filsafat serta mistisisme dalam renungan-renungannya di sisi lain.
hitungan Brookleman mencapai sekitar 200 buku dan kemampuannya meramu unsur teks suci, filsafat serta mistisisme dalam renungan-renungannya di sisi lain.
Penulis : Dedy W Sanusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar