10/04/14

KETIKA SANG SUFI JATUH CINTA

Apa jadinya jikalau seorang sufi jatuh cinta ? . Jawabnya adalah kidung asmara.

Gada Hasna’. Dialah perempuan yang memikat hati sang “Syech Akbar” Ibn Arabi, tokoh besar  sufi creator ajaran wahdat al  wujud. Putri St=yech Makinuddin Abi Suja’ ini, memaksa rangkaian puitis ungkapan cinta sang sufi menjelma menjadi ontology puisi “Turjuman Al-Asywaq”.

                Ceritanya, dalam pengembaraan spiritual selepas mengunjungi kota-kota di Maroko, sebelum masa pengembaraan ke Mesir, Baghdad, dan berakhir di Damaskus, sang sufi bertolak menuju Makkah guna menunaikan ibadah Haji. Disinalah, rangkaian kisah cinta bermula. Dahsyatnya, ternyata tidak cukup dengan “Turjuman Al-Asywaq”, melainkan Ibnu Arabi menjelaskan kidung cintanya lebih detil dalam buku Adz-Dzakha’ir Wa Al-A’laq Fi Syarh  Turjuman Al-Asywaq.

                Apakah lantas aliran kisah ini menyisakan nuansa kental cinta dalam bangunan tasawuf sang sufi ? . Wallahua’lam. Namun yang jelas, ke-menyatuan wujud –ulasnya- hanya dimungkinkan dengan jalan cinta. Cintalah yang bisa mengantarkan mahluk menyatu khaliqnya, meninggalkan ketiadaannya menuju dzat yang sesungguhnya ada.

                Ajaran wahdat al wujud ini, sampai hari ini memang masih kontroversial, bahan di kalangan para sufi sekalipun. Tetapi yang jelas kecanggihan Ibn Arabi pada satu sisi, dapat terlihat melalui karya-karyanya yang menurut
hitungan Brookleman mencapai sekitar 200 buku dan kemampuannya meramu unsur teks suci, filsafat serta mistisisme dalam renungan-renungannya di sisi lain.

                Selebihnya sang sufi tetap tegar dengan cintanya. Maka dengan tegas sang sufi berseru : “Cinta adalah iman dan keyakinanku (Al-Hubb Imani Wa I’tiqadi)”.


Penulis : Dedy W Sanusi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar