23/01/14

Tuan Guru yang Amat Patut Digugu dan Ditiru

Jumat, 22 Maret 2013, saat membuka mata dan menatap keluar dari bilik jendela, langit terlihat mendung, kabut debu berkeliaran meremangkan pandangan. Hari Jumat ini hampir sama dengan hari Jumat dua minggu lalu. Barangkali lantaran pergantian musim dari musim dingin hendak ke musim panas. Ah, itu hal yang lumrah. Tapi sepertinya suasana hatiku tak jauh beda dengan keadaan kota Kairo hari ini. Mungkin juga suasana hatimu, Kawan.

Semenjak kemarin malam, tatkala usai mengaji kitab “Sahih Bukhari” aku tak ingin menyunggingkan bibirku. Ya, Syeikh Yusri Rosydi sesaat setelah menutup pelajaran dengan doa, beliau mengumumkan bahwa salah satu stasiun televisi Suriah mengabarkan; telah terjadi bom bunuh diri di masjid Al-Iman-Damaskus, Suriah dan telah syahid di dalamnya Imam Prof. Dr. Sa’id Ramadlan Al-Bouty. Rupanya kemarin malam beliau mengajar kitab Tasawwuf paling fenomenal “Risalah Al-Qusyairiyyah” dan di tengah-tengah mengajar itulah bom meledak dan membawa beliau menghadap Sang Khalik.


Hatiku tergetar begitu mendengar keterangan itu dari Syeikh Yusri, lantaran tak percaya aku maju dan membaca langsung tulisan di kertas yang beliau baca tadi. Ternyata benar, dadaku semakin terasa penuh dan terkekang, lidahku kelu, seluruh badan amat kaku sembari hati menderu, “Tuhan secepat inikah Kau ambil kekasih-Mu yang masih amat kami butuhkan.”

Setelah pulang ke asrama, aku bingung hendak mencari informasi kemana. Aku masih berharap berita itu hanya kesengajaan media untuk mencuatkan berita tentang Suriah. Tapi, aku dan teman se-kamarku tak bisa berkata-kata ketika membaca berita kesyahidan beliau di internet. Lemaslah tubuh kami. Apalagi teman se-kamarku yang hampir tiap hari ia menonton video Syeikh Sa’id Ramadlan Al-Bouty dalam pelajaran Al-Hikam. Memang beliaulah satu-satunya ulama yang mensyarah kitab Imam Ibnu Athoillah itu menjadi 4 jilid tebal.

Syeikh Bouty, begitulah nama beliau buming di seluruh telinga mahasiswa Timur Tengah. Meski aku belum pernah menatap wajah beliau yang penuh cahaya keimanan, aku tetap salut dan takjub dengan beliau. Beliau sangat produktif menulis dan melahirkan sebuah karangan. Terlebih beliau juga pernah menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Pernah dulu saat Syeikh Ali Jum’ah –mantan Mufti Mesir- memberi wejangan pelajaran di masjid Al-Azhar, beliau berkata, “Menurut pandangan saya ada dua ulama pada zaman ini yang sudah pantas disebut Al-Mujtahid, yaitu Syeikh Sa’id Ramadlan Al-Bouty dan Syeikh Yusuf Al-Qordlowi”. Begitu agungnya kedudukan Syeikh Bouty, hingga disebut sebagai ulama yang sampai taraf Al-Mujtahid.

Sayang beribu sayang, aku tak pernah duduk satu majelis dengan beliau, bahkan kitab karangan-karangan beliau pun hanya satu aku punya, Fiqhus As-Sirah An-Nabawiyyah. Meski hanya satu, aku hampir tiap minggu membuka dan mencari resensi dengan kitab karangan beliau itu untuk menguraikan sejarah Nabi di salah satu grup facebook yang aku buat.

Tahun lalu, ketika salah satu ulama sepuh Suriah, Syeikh Nuruddin Itr, mengajar ulumul hadis dan qur’an di masjid Al-Azhar, aku amat mendamba setelah itu Syeikh Bouthy yang datang dan mengajar kami di masjid Al-Azhar. Namun hari berganti hari, beliau tak kunjung datang dan impianku benar-benar tak tercapai saat teman-teman meyakinkanku bahwa kemarin malam beliau syahid saat mengajar.

Entah, aku juga tak tahu siapa yang meledakkan bom bunuh diri itu, dari golongan mana dia dan apa motif dibalik itu. Ya, terlepas dari semua itu, inilah takdir Tuhan yang amat pahit yang harus kita kecap sebagai pecinta ilmu. Di satu sisi, beliau terlalu cepat meninggalkan kita. Namun di sisi lain, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di tengah-tengah majelis ilmu. Inilah bukti, bahwa beliau amat cinta terhadap ilmu dan sangat senang dan ikhlas menghambakan dirinya kepada Allah melalui ilmu.

Rahimakallahu Ya Imamana Ya Syeikhana, Semoga kucuran rahmat dan kasih sayang Allah yang telah dialirkan kepada engkau juga memercik kepada kita lewat ilmu dan karangan-karanganmu, wahai Tuan Guru. Selamat tersenyum bertemu dengan Dzat yang selama ini kau hambakan dirimu kepada-Nya.
 (Yaqin)

Kairo, 22 Maret 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar